Bogor—Perubahan iklim, konflik antarnegara, dan gangguan rantai pasok pascapandemi terus memperburuk krisis pangan global. Di Indonesia, diskursus ketahanan pangan nasional dinilai masih terjebak pada stok impor dan proyek terpusat, padahal kekuatan utama berada pada model pertanian berkelanjutan yang berpijak pada keragaman hayati lokal dan kemandirian petani.
Sektor pertanian tetap menopang PDB dan serapan tenaga kerja, namun kerentanan muncul akibat ketergantungan komoditas impor, fluktuasi harga, dan alih fungsi lahan. Diversifikasi pangan, adaptasi kontur wilayah, serta kedekatan antara produsen dan konsumen disebut sebagai solusi untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.
Pertanian lokal menghadirkan rantai pasok yang lebih pendek sehingga ongkos logistik turun, kerentanan distribusi saat bencana berkurang, dan harga lebih stabil. Dampaknya langsung terlihat pada perbaikan margin petani, peningkatan kualitas gizi, serta menguatnya sirkulasi ekonomi daerah.
Contoh penerapan pertanian organik lokal terlihat pada Arista Montana di Megamendung, Kabupaten Bogor, yang merupakan inisiatif Andy Utama. Sejak transformasi pada 2012 dan sertifikasi organik pada 2014, Arista Montana mengelola lebih dari 147 komoditas dan rata-rata memanen hingga 1.500 kilogram per minggu untuk pasar Jakarta, dengan filosofi ekologi sehat, tanah subur, dan komunitas berdaya.
“Kami mengoptimalkan mikroba tanah dan memanfaatkan kotoran domba, kambing, kelinci, dan ayam sebagai pupuk utama untuk memulihkan kesuburan lahan,” ujar Andy Utama.
Ia menegaskan bahwa pendekatan tersebut dijalankan untuk menghasilkan pangan sehat sekaligus memberdayakan warga sekitar. “Tujuan kami sederhana: tanah pulih, pangan sehat, dan masyarakat ikut berdaya,” katanya.
Setiap keputusan konsumen memilih produk pertanian lokal dinilai sebagai investasi bagi ketahanan pangan nasional, kesehatan keluarga, dan kelestarian lingkungan. Pertanian lokal disebut sebagai pahlawan senyap dalam menghadapi krisis pangan global melalui model pertanian berkelanjutan dan penguatan kedaulatan pangan. […]

